Senin, 10 Oktober 2011

Teori Belajar

Saya masih ngoprek-ngoprek blog lama saya. Dan menemukan komentar dalam postingan lebih menarik daripada isi postingan itu sendiri. Hahaha. Adalah Kang Aris yang sudah repot-repot merangkum atau coppas juga mungkin dari sumber-sumber di internet, karena saya pikir tema blognya juga tidak cocok untuk tulisan macam ini. Di sini akan saya lampirkan lagi mengenai jenis-jenis teori belajar. Kalau kamu anak Tekpend materi ini akan terus muncul sampai tingkat akhir. :V

Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Namun dalam kesempatan ini hanya akan dikemukakan empat jenis teori belajar saja, yaitu: (1) teori behaviorisme; (2) teori belajar kognitif menurut Piaget; (3) teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan (4) teori belajar Gestalt.

1. Teori Behaviorisme

Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab II bahwa behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.

Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :

1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.

Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:

a. Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.

b. Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

c. Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.

2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

a. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

b. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner

Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

a. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

4. Social Learning menurut Albert Bandura

Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.

2. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget

Dalam bab sebelumnya telah dikemukan tentang aspek aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :

a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.

b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

3. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.

4. Teori Belajar Gestalt

Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :

a. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.

b. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.

c. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.

d. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.

e. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan

f. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.

Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:

a. Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.

b. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).

c. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.

d. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.

Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :

a. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.

b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.

d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

Artinya Teori

Sebelum kepada isi dan macam-macam teori belajar ada baiknya kita mengetahui dulu apa sih pengetian teori?

Kalau kata dosen saya "Theory is a set of Statement". Teori merupakan sekumpulan atau seperangkat pernyataan. Tapi tidak semua pernyataan disebut teori. Ada tiga karakteristik yang membedakannya yakni: Unifying Statement, Universal Proposition, dan Predictive Statement. Lebih jelasnya mengenai pengertian teori adalah sebagai berikut:

The word theory has many distinct meanings in different fields of knowledge, depending on their methodologies and the context of discussion.

In science a theory is a testable model of the manner of interaction of a set of natural phenomena, capable of predicting future occurrences or observations of the same kind, and capable of being tested through experiment or otherwise verified through empirical observation. For the scientist, “theory” is not in any way an antonym of “fact”. For example, it is a fact that an apple dropped on earth has been observed to fall towards the center of the planet, and the theories commonly used to describe and explain this behavior are Newton’s theory of universal gravitation (see also gravitation), and the general theory of relativity.

In common usage, the word theory is often used to signify a conjecture, an opinion, a speculation, or a hypothesis. In this usage, a theory is not necessarily based on facts; in other words, it is not required to be consistent with true descriptions of reality. This usage of theory leads to the common incorrect statements. True descriptions of reality are more reflectively understood as statements which would be true independently of what people think about them.


Semoga bermanfaat, salam hangat :D.

Pedagogi

Sekitar lebih dari 2 tahun yang lalu saya sempat memposting mengenai bahasan Pedagogik yang kala itu sedang saya kontrak di semester 2 perkuliahan. Isinya ya seperti biasa catatan kuliah yang dokumen aslinya sekarang entah dimana (sering sekali hilang saat kuliah). Nah, yang menarik postingan yang satu ini masih banyak dikomentari sampai sekarang, tapi saya tidak punya hasrat untuk membalas karena saya tidak selalu terhubung dengan internet. Sampai tadi muncul lagi komentar agak nyinyir mengenai postingan ini. Silahkan buka di

Untuk menghindari raibnya blog tersebut, maka saya lampirkan catatan sesuai aslinya dan dengan perbaikan, sebagai berikut:

Pedagogi: Definisi dan Urgensinya


Apa itu pedagogi?

Bagi pendidik, istilah ini pasti sudah tidak asing lagi, dan ilmunya menjadi sebuah acuan dalam praktek mendidik anak. Jika dilihat dari segi istilah, pedagogik sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu paedos (anak) dan agogos (mengantar, membimbing, memimpin).

Dari dua istilah diatas timbul istilah baru yaitu paedagogos dan pedagog, keduanya memiliki pengertian yang hampir serupa, yaitu sebutan untuk pelayan pada zaman Yunani kuno yang mengantarkan atau membimbing anak dari rumah ke sekolah setelah sampai di sekolah anak dilepas, dalam pengertian pedagog intinya adalah mengantarkan anak menuju pada kedewasaan.

Istilah lainnya yaitu Paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak, Pedagogi yang merupakan praktek pendidikan anak dan kemudian muncullah istilah Pedagogi yang berarti ilmu mendidik anak.

Lalu apa sih yang menjadi kesalahpahaman istilah Pedagogi?

Kadang sebagian orang mengartikan bahwa pedagogi merupakan ilmu pendidikan, pemaknaan ini tidak berarti salah namun juga tidak sepenuhnya benar, mengapa? Karena jika ditinjau dari makna pendidikan secara luas maka Pendidikan adalah hidup. Lebih tepatnya segala pengalaman di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu.

Dari pengertian diatas maka bisa dipahami ada beberapa tingkatan dalam pendidikan, sehingga menimbulkan cabang ilmu pendidikan yang dikembangkan para ahli yaitu pendidikan pada anak yang disebut Pedagogi, ilmu pendidikan bagi orang dewasa yang disebut Andragogi serta pendidikan bagi ilmu pendidikan manula yang disebut Gerogogi.

Jelaslah bahwa Pedagogi terbatas pada ilmu pendidikan anak atau ilmu mendidik anak. Maka timbul pertanyaan lain, kapankah seorang anak masuk dalam kawasan pedagogik? Menurut M.J. Langeveld, pendidikan baru terjadi ketika anak telah mengenal kewibawaan, syaratnya yaitu terlihat pada kemampuan anak memahami bahasa, karena sebelum itu dalam pedagogik anak tidak disebut telah dididik yang ada adalah pembiasaan. Sedang batas atasnya yaitu ketika anak telah mencapai kedewasaan atau bisa disebut orang dewasa.

Jadi, pengertian bahwa pedagogik adalah ilmu pendidikan berarti benar dalam pengertian pendidikan pedagogik, namun berarti salah jika mengacu pada makna pendidikan secara luas.

Kemudian, mengapa Pedagogi diperlukan? Padahal pedagogi yang merupakan rangakaian teori kadang berlainan dengan praktek di lapangan? Ada dua alasan yang melandasinya, yaitu bahwa pedagogi sebagai suatu sistem pengetahuan tentang pendidikan anak diperlukan, karena akan menjadi dasar bagi praktek mendidik anak. Selain itu bahwa pedagogi akan menjadi standar atau kriteria keberhasilan praktek pendidikan anak. Kedua, manusia memiliki motif untuk mempertanggungjawabkan pendidikan bagi anak-anaknya, karena itu agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, praktek pendidikan anak memerlukan pedagogi sebagai landasannya agar tidak jadi sembarangan.

Untuk meyakinkan lebih jauh, pedagogi secara jelas memiliki kegunaan diantaranya bagi pendidik untuk memahami fenomena pendidikan secara sistematis, memberikan petunjuk tentang yang seharusnya dilaksanakan dalam mendidik, menghindari kesalahan-kesalahan dalam praktek mendidik anak juga untuk ajang untuk mengenal diri sendiri dan melakukan koreksi demi perbaikan bagi diri sendiri.

Menurut saya sendiri, pedagogi memang perlu dipelajari bahkan jika bisa untuk setiap orang, tanpa terbatas pada identitas sebagai calon guru. Karena sebenarnya kita semua akan atau mungkin anda yang telah memiliki keluarga telah menjadi seorang pendidik. Saya menyadari dan mengetahui pada dasarnya manusia mempunyai naluri untuk mendidik tanpa mempelajari teori, buktinya banyak orang tua berhasil mendidik anak mereka sampai kesuksesan, tanpa mempelajari pedagogi, namun teoripun lahir dari praktek di lapangan.

Pedagogik Teoritis Sistematis karya Tatang Syaripudin dan Kurniasih.

Lalu apakah dengan mempelajari pedagogi dan mempraktekannya dapat mendidik anak sehingga anak dapat mencapai kesuksesan? Jawabannya adalah bisa, karena tujuan pedagogi adalah memanusiakan manusia, menjadikan seseorang dewasa demi kebahagiaan dalam menjalani kehidupan. Kesuksesan ini jangan terus dikurung dalam artian pada kemapanan materi dari pandangan kita sebagai seorang pendidik sejati, tapi hakikatnya adalah menjadikan kesuksesan itu sebagai keberhasilan dalam menanamkan pada diri seseorang kebahagiaan dalam menjalani hidup dengan mengaplikasikan seperti misalnya mematuhi norma-norma yang ada pada masyarakat. Intinya, menjadikan seseorang menjalani hidup dengan bahagia.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Mohon maaf jika terdapat banyak kekurangan.

Sumber:

Syaripudin, Tatang dan Kurniasih. 2009. Pedagogik Teoritis Sistematis. Percikan Ilmu: Bandung.

Minggu, 02 Oktober 2011

Definisi Teknologi Pendidikan

Sebelum melihat pada definisi teknologi pendidikan, ada baiknya kita mengetahui dulu beberapa definisi mengenai teknologi terlebih dahulu, pada dasarnya Teknologi adalah penerapan dari ilmu dan bidang tertentu untuk menyelesaikan masalah tertentu, namun ada beberapa pendapat dan definisi yang diungkapkan para ahli, diantaranya:

Menurut Rogers (1986:1), teknologi biasanya menyangkut aspek perangkat keras (material dan objek fisik) dan perangkat lunak (informasi yang ada dalam perangkat keras).

Romiszwoski (1981:11) mengungkapkan bahwa teknologi selalu berkaitan dengan produk dan proses.

Teknologi merupakan usaha untuk memecahkan masalah manusia. Lebih jelasnya bahwa teknologi adalah penerapan ilmu atau pengetahuan yang terorganisir secara sistematis dalam penyelesaian tugas-tugas secara praktis.(Salisbury, 2002)

Sedangkan pengertian tentang pendidikan adalah berbagai macam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Ada tiga cakupan pendidikan yang harus kita ketahui, yaitu:

Belajar

Membimbing

Melatih

Barbara B. Seels dan Rita C Ritchey mengembangkan definisi teknologi pembelajaran sebagai teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses dan sumber untuk belajar.

Definisi AECT mengenai teknologi pendidikan pada tahun 2004, yaitu:

Teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dengan dengan cara menciptakan, memanfaatkan, mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat, jelas, tujuan utamanya untuk memfasilitasi pembelajaran agar efektif, efisien, menarik dan meningkatkan kinerja.

Definisi AECT tahun 2008:

Teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dengan dengan cara menciptakan, memanfaatkan, mengelola proses dan sumber-sumber teknologi

Nah, dari definisi diatas ditemukan beberapa komponen diantaranya, yaitu: studi, praktek etis, memfasilitasi, pembelajaran, memperbaiki, kinerja, menciptakan, memanfaatkan, mengelola, proses, teknologi dan sumber-sumber.

Disini akan dibahas mengenai 2 komponen, yaitu kinerja atau pelaksanaan dan menciptakan. Kinerja berkenaan dengan kemampuan peserta didik untuk melaksanakan dan menggunakan kemampuan baru. Berdasarkan sejarah, teknologi pendidikan selalu punya komitmen khusus untuk dihasilkan, sebagai contoh dari program pembelajaran, sebagai proses awal menjadi “teknologi pendidikan”. Materi pembelajaran yang telah diprogram akan dinilai khalayak pada pengguna yang bisa menampilkan “terminal tujuan” setelah pembelajaran. Jadi referensi untuk “improving performance” mempunyai konotasi baru dalam pembelajaran, yaitu bukan hanya pengetahuan tapi juga kemampuan yang dapat digunakan.

Teknologi pendidikan dapat membantu peserta didik menjadi penampil atau pelaksana yang lebih baik, alat-alat dan ide dari teknologi pendidikan bisa membantu guru dan perancang atau perekayasa pembelajaran menjadi penampil yang lebih baik, teknologi pendidikan pun dapat membantu suatu organisasi mencapai tujuannya dengan lebih efektif. Sehingga, teknologi pendidikan bisa dinyatakan memiliki kemampuan untuk meningkatkan produktivitas pada tingkatan perorangan atau organisasi.

Penggunaan perbaikan kinerja dalam definisi ini tidak berarti bahwa teknologi pendidikan menyatakan secara tidak langsung semua bentuk perbaikan dalam kinerja.

Definisi ini menyebutkan tiga fungsi utama yang integral untuk konsep teknologi pendidikan, yaitu menciptakan, menggunakan dan mengelola. Fungsi ini dapat dilihat sebagai bagian dari aktivitas yang mungkin dapat diaplikasikan oleh orang yang berbeda dan dalam waktu yang berbeda. Fungsi ini juga dapat dilihat sebagai fase dari proses yang lebih besar dari pengembang pembelajaran.

Menciptakan dapat termasuk juga bermacam-macam aktivitas, tergantung pendekatan desain yang digunakan. Pendekatan desain dapat berkembang dari pola pikir pengembang sendiri misalnya aesthetic, ilmiah, rancang bangun, prosedur atau sistematisnya, yang dapat menghasilkan bahan dan kondisi yang diperlukan untuk pembelajaran yang lebih efektif.

Pendekatan sistem, contohnya, memerlukan prosedur untuk menganalisis sebuah masalah pembelajaran, mendesain dan mengembangkan suatu solusi, mengevaluasi dan merevisi keputusan yang dibuat pada setiap langkah yang digunakan lalu menerapkan solusi. Memperkirakan hasil dan mengambil langkah yang tepat ketika penciptaan berlangsung disebut Evaluasi Formatif, jika memperkirakan dampak dari proyek di akhir kegiatan penciptaan maka ini disebut Evaluasi Sumatif.

Proses desain dan pengembangan dipengaruhi berbagai teknologi analog dan digital yang digunakan untuk menciptakan bahan dan lingkungan pembelajaran. Apa yang diciptakan mungkin bukan hanya materi untuk pembelajaran dan cakupan lingkungan pembelajaran, tapi termasuk juga alat bantu sebagai database untuk manajemen ilmu pengetahuan, database online untuk mengeksplorasi masalah, help system otomatis, dan portofolio untuk menampilkan perkiraan pembelajaran.

Istilah Teknologi Pendidikan sendiri sebenarnya tidak mutlak dipakai oleh semua kalangan. Sebagian juga ada yang menyebutnya sebagai Teknologi Pembelajaran. Teknologi pembelajaran jika kita merujuk pada definisi tahun 1994 adalah praktek dalam mendesain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola dan menilai proses-proses maupun sumber-sumber belajar.

Pada rumusan tentang teknologi pembelajaran tahun 1977 ada lima domain teknologi pembelajaran yaitu kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, dan kawasan penilaian.

Kali ini akan diterangkan mengenai kawasan pemanfaatan dalam teknologi pembelajaran.

Dimulai dari pengertian pemanfaatan sendiri yaitu aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Kawasan pemanfaatan termasuk didalamnya adalah:

o Pemanfaatan media;

Pengertiannya yaitu penggunaan sistematis dari sumber-sumber untuk belajar. Sedangkan salah satu implikasinya adalah penggunaan alat-alat teknologi yang digunakan dalam pembelajaran, misalnya film yang digunakan dalam materi pembelajaran ataupun penggunaan LCD untuk menyampaikan materi pembelajaran.

o Difusi inovasi;

Difusi inovasi adalah proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana dengan tujuan untuk diadopsi, dalam implikasinya yaitu adanya usaha pembatasan penayangan adegan kekerasan di televise dan pembatasan tayangan komersil pada saat jam tayang untuk anak-anak.

o Implementasi dan pelembagaan;

Implementasi memiliki pengertian penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya (bukan tersimulasikan). Sedangkan pelembagaan diartikan sebagai penggunaan yang rutin dan pelesatrian dari inovasi pembelajaran dalam suatu stuktur atu budaya organisasi. Dalam implikasinya, misalkan komputer dan televise sekolah menekankan pentingnya perencanaan baik untuk perubahan individu maupun perubahan organisasi.

o Kebijakan dan regulasi;

Kebijakan dan regulasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat (wakilnya) yang mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan teknologi pembelajaran. Implikasi dalam kehidupan misalnya penentuan kebijakan tentang televisi pembelajaran dan televisi masyarakat, hukum hak cipta, standar peralatan dan program serta pembentukan unit administrasi yang mendukung Teknologi Pendidikan.


Keterangan:
Tulisan diatas adalah gabungan catatan kuliah semester 1 yang pernah saya posting di blog terdahulu mengenai definisi Teknologi Pendidikan. Tidak ada analisis,mungkin akan saya buat review di postingan selanjutnya. Komentar atau diskusi sangat diharapkan ;) salam hangat.